Showing 11–20 of 21 results
kau akan mengantongi banyak sekali alasan untuk hengkang dari apa yang disebut hidup.
maka saat kau memutuskan untuk berdampingan …
akan kusampaikan kepada semesta bahwa kau harus jadi satu-satunya.
Perpisahan adalah sesuatu yang lebih buruk dari mimpi buruk. Namun, aku sadar mengikhlaskan dan mendoakan kebaikanmu juga bagian dari menyayangi. Meskipun bukan kamu yang Tuhan hadirkan sebagai teman hidup, aku tetap mensyukuri bahwa kita pernah begitu indah pada suatu masa. Terima kasih untuk segala upaya, bahagia, dan luka yang menjadikanku lebih dewasa, serta selangkah lebih dekat bertemu sosok yang tepat.
Menguatlah untukku.
Karena padamu, kusemogakan segala harapan-harapan baik.
Bersetialah untukku.
Karena pada genggaman tanganmu, kutitipkan harapan-harapan besar di masa depan.
“Diam adalah permintaan.” – Venus.
“Diam adalah diam” – Mars.
“Aku terlalu berharga untuk terus kamu abaikan.” – Venus.
“Cinta gagal saat kamu berhenti peduli.” – Mars.
“Prasangka menyulitkanku.” – Venus.
“Prasangka menyelesaikan—kita.” – Mars.
Inilah aku. Perempuan yang pernah terluka, sampai hatinya berdarah-darah, karena pernah begitu mencintai seseorang dan menganggapnya sebagai pusat dunianya, tapi ditinggalkan. Tanpa penjelasan apalagi salam perpisahan.
Inilah aku. Perempuan yang pernah berkhianat pada dirinya sendiri. Mencintai orang lain lebih besar dari cintanya pada dirinya sendiri. Meski kemudian ia menyesal dan tak bisa lagi kembali ke masa lalu. Namun ia berjanji akan terus belajar, belajar, dan belajar.
Inilah aku. Perempuan dengan salah yang tak terhitung. Perempuan dengan luka yang belum semuanya sembuh dan kering. Perempuan dengan semua kurang dan cela. Perempuan yang tidak sempurna. Namun ingin menjadi baik demi masa depannya.
Inilah aku. Perempuan yang sedang kau coba selami hatinya. Perempuan dengan banyak sesal dan lebam pada hatinya. Namun jika kau menginginkannya dan berjanji akan selamanya mencintainya dengan sebaik-baiknya hati, ia milikmu sepenuhnya.
Maaf,
kali ini, aku akan memilih diriku sendiri.
Aku harus melangkah pergi.
Aku harap kau bisa mengerti.
Tidak sekarang, tapi mungkin suatu saat nanti.
(Karena) bahagiaku sudah bukan denganmu lagi.
Ada satu alasan mengapa aku lebih—
memilih diam dan terus bertanya-tanya
daripada melangkah untuk mencari jawabnya.
Mencintaimu, membuat tubuhku melahirkan banyak tanya,
dan mungkin aku akan tetap memilih terus bertanya-tanya,
karena aku takut,
bukan kau jawabannya.
Selain di langit, Tuhan juga menciptakan surga di tatap matamu dan di setiap ketidakwarasanku akan kamu.
Merindukanmu sewajarnya, mengingatmu seperlunya, dan merelakanmu seutuhnya. Aku yakin, aku pasti mampu merelakanmu, tak seharusnya perasaan yang pernah ada untukmu menjadi sebuah penjara yang menjadikanku tidak bebas. Tak seharusnya aku tetap berharap pada hati yang sudah membuatku merasa tak berharga. Dan sudah seharusnya merelakanmu adalah caraku menghargai diriku sendiri.