Description
“Kalau ditinggal nikah?” tanya Tara.
Aji tertegun. Tatap matanya tajam menunjukkan ketidaksukaan. Banyak hal bisa ia sembunyikan, kecuali satu: ketakutan.
“Nggak sangup bayangin. Lagian, mau nikah sama siapa, sih?”
Tara menggigiti bawah bibir karena sadar pertanyaannya kelewatan. Mereka berdua diselimuti keheningan. Hanya jemari mereka yang bersepakat untuk saling genggam. Dalam diam, mereka berlari-lari di labirin kepala masing-masing.
“Jangan menikah sama orang lain, ya, Ra.”
“Iya, Ji.”
Mau nikah sama siapa juga kalau bukan sama kamu, sambung Tara dalam benak.
Tak peduli seberapa sempitnya tempat ini, pelukan pun langsung mendarat erat di tubuh Tara. Dalam pelukan Aji, Tara merasa sepenuhnya dipahami, dicintai, dan dilengkapi. Percakapan setelahnya adalah mimpi-mimpi yang akan mereka susun dengan tekad tumbuh bersama dan menciptakan cerita yang tak akan orang lain punya. Siang itu, dunia Tara berubah beda. Banyak harapan yang Tara gantungkan. Banyak ucapan yang diam-diam Tara semogakan.
Semoga kita menikah, ya, Ji.
Reviews
There are no reviews yet.