Description
“Kenapa?”
“Kenapa apanya?”
“Kenapa ngelihatin aja, tapi nggak bicara apa-apa?”
Kami yang berhadap-hadapan, masing-masing mencari jawaban.
Dari mata yang tak beralih, pada bibir yang mulai tersenyum.
“Ya, ngelihatin aja. Aku senang lihat kamu,” jawabnya, membuat pipi pucatku berubah warna.
“Titik nyaman tertinggiku ada pada matamu, bukan bibirmu,” sambungnya lagi.
“Aku nggak ngerti.”
“Maksudnya, kamu nggak perlu banyak bicara. Bahkan, dalam hening dan diam, melihatmu, aku bisa menemukan tenang.”
Dan, entah berapa malam sejak percakapan itu, kami pun pergi. Berjalan di atas roda hidup sendiri-sendiri.
devina –
menurutku buku ini bagus dan menarik. di dalamnya tuh ada puisi puisi dan juga beberapa cerita. awalnya, saya kurang mengerti. tapi saya baca dan baca lagi. buku ini tuh kayak, gimana ya jelasinnya. bikin ketagihan banget dan wajib baca sih.. makasii ka suci patia udah buat buku inii, semoga karya” nya tambah bagus yaa..