Showing all 3 results
“Siapa yang bernama Sayang di sini?” teriak panitia itu, membuat panitia yang lain dan murid-murid baru yang mendengarnya jadi menahan tawa sekaligus penasaran. “Ayo, ngaku aja!”
Alya mengangkat wajahnya.
“Sayang ….” panggil cowok itu lagi.
Alya melihat ke sekelilingnya.
“Nggak usah lihat ke mana-mana, karena yang namanya Sayang itu, kan, lo.”
Alya mengernyit. Geli. Dia menatap cowok itu. Kernyitan di dahinya semakin dalam ketika cowok itu melihat ke arahnya sembari tersenyum.
“Halo, Sayang?” Cowok itu mengangkat tangannya. “Kenalin, gue Arya.”
Sejak saat itu, Alya tak menyadari bahwa kehadiran Arya ke depannya akan memberi warna dalam hidupnya.
Warna-warni.
Termasuk, warna kelabu.
“Siapa yang bernama Sayang di sini?” teriak panitia itu, membuat panitia yang lain dan murid-murid baru yang mendengarnya jadi menahan tawa sekaligus penasaran. “Ayo, ngaku aja!”
Alya mengangkat wajahnya.
“Sayang ….” panggil cowok itu lagi.
Alya melihat ke sekelilingnya.
“Nggak usah lihat ke mana-mana, karena yang namanya Sayang itu, kan, lo.”
Alya mengernyit. Geli. Dia menatap cowok itu. Kernyitan di dahinya semakin dalam ketika cowok itu melihat ke arahnya sembari tersenyum.
“Halo, Sayang?” Cowok itu mengangkat tangannya. “Kenalin, gue Arya.”
Sejak saat itu, Alya tak menyadari bahwa kehadiran Arya ke depannya akan memberi warna dalam hidupnya.
Warna-warni.
Agatha dan Ghali. Sekelas, tapi jarang bertegur sapa. Sekalinya berdekatan, menumbuhkan satu rasa yang sama. Rasa sama-sama ingin bersama. Tapi, bukan sebuah kesalahan kan jika terus berharap pada sebuah hubungan yang sudah sama-sama tahu akan berakhir seperti apa?