Bersama garis waktu, kita berjalan bersama kenangan. Bersama garis waktu, terangkum kesedihan, kebahagiaan, penyesalan, tawa, impian, harapan, dan cita-cita. Bersama garis waktu, kita bingkai setiap rasa menjadi sebuah rangkaian cerita.
Garis waktu adalah buah karya Fiersa Besari, seorang penulis, pegiat musik, dan pengelana. Garis waktu merekam perjalanan Fiersa Besari tentang segala rasa dalam kehidupan, salah satunya seperti yang dilukiskan dalam tulisan Kalau Saja Aku Mampu.
Kalau saja aku mampu,
Sudah kukejar langkahmu agar kita berjalan berdampingan.
Kalau saja aku mampu,
Sudah kuhiasi hari-harimu dengan penuh senyuman.
Kalau saja aku mampu,
Sudah kutemani dirimu saat dirundung kesedihan.
Kalau saja aku mampu,
Sudah kupastikan bahwa aku pantas untuk kau sandingkan.
Kalau saja aku mampu,
Sudah kubalikkan waktu agar saat itu tak jadi mengenalmu.
Kalau saja aku mampu,
Sudah kuarungi hariku tanpa harus memikirkanmu.
Kalau saja aku mampu,
Sudah kutarik jiwaku yang ingin berada di sebelahmu.
Kalau saja aku mampu,
Sudah kuminta hatiku agar berhenti merasakanmu.
Tapi aku mampu memandangimu dari kejauhan tanpa berhenti untuk mendoakan. Aku juga mampu menjadi rumah untukmu, menunggumu yang tak tahu arah pulang. Sungguh aku mampu merindukanmu tanpa tahu waktu, tanpa sedikit pun alasan. Untukmu, aku mampu. Karena pantas dengan semua pengorbanan.
Khusus untuk buku ini, Fiersa menulis sebuah lagu berjudul sama, yang bisa diunduh gratis.
Nah, siapkan minuman kesukaanmu, duduklah di tepi jendela, atau di mana saja yang kau suka, nikmati suara hujan jatuh perlahan, atau embusan semilir angin, yang akan membawamu ke dalam sebuah perjalanan untuk menghapus luka.
foto: unsplash.com