Pernahkah mencoba memfoto sesuatu yang menurut Anda sangat menarik namun hasil foto tidak seperti yang Anda harapkan? Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya adalah karena perbedaan cara mata melihat dengan cara lensa dan otak sebagai kamera maka mata dan otak tersebut adalah lensa dan kamera yang sempurna. Mata dapat melihat dengan sudut yang cukup lebar (wide angle), maupun sudut yang sangat sempit (tele).
Selain itu, mata dapat melihat seolah-olah lensa wide angle, normal, dan tele digunakan dalam waktu yang sama. Mata juga dapat menangkap cahaya, pantulan cahaya, juga dalam pencahayaan sangat minim cahaya atau ekstrim sekalipun. Pengukuran nilai cahaya yang dilakukan oleh mata juga bernilai sempurna di mana warna putih adalah benar-benar putih dan warna hitam adalah benar-benar hitam, tidak peduli pada pencahayaan apa pun. Berbeda dengan mata yang sempurna, kamera memiliki keterbatasan yang cukup signifikan. Karena itulah, diperlukan pengetahuan seputar kamera dan teknik penggunaannya secara tepat dan fungsional.
Cara kamera melihat objek foto didasari oleh 3 pilar dasar, yaitu aperture (diafragma), shutter speed (kecepatan rana), dan ISO/ASA atau kepekaan. Mengenal dengan baik karakteristik dari masing-masing pilar ini merupakan dasar pengetahuan fotografi untuk menghasilkan sebuah karya fotografi yang dahsyat. Tiga pilar ini saling terkait satu sama lain. Perubahan di satu pilar akan berdampak pada pilar yang lainnya. Jika diibaratkan karya lukis, tiga pilar ini seperti kuas, kanvas, dan cat. Seorang pelukis yang memahami karakteristik dari masing-masing kuas, jenis kanvas, dan karakteristik warna cat, dapat memvisualisasikan imajinasi dengan tepat menjadi sebuah karya tulis yang diinginkan.
Aperture merupakan jendela cahaya yang masuk dari lensa menuju film atau sensor. Semkain kecil angka aperture, semakin besar jendela cahaya tersebut. Aperture menjadi penentu deep of file sebuah foto. Sedangkan shutter speed adalah kecepatan membuka atau menutup daun jendela cahaya menutup sensor. Shutter speed dapat membekukan suatu pergerakan objek yang terekam dalam foto (freeze). Adapun ISO/ASA merupakan kepekaan film atau sensor terhadap kemampuannya dalam menerima cahaya dengan intensitas yang rendah. Semakin besar ISO, semakin tinggi juga kepekaan terhadap cahaya.
Penggunaan kamera memang sangat mudah karena didukung oleh teknologi yang semakin canggih. Namun, tidak semua orang dapat menghasilkan jepretan yang berkualitas menurut tinjauan fotografis. Pasalnya, ada seluk beluk yang harus dipahami oleh setiap fotografer, terutama oleh pemula. Semua kebutuhan ini dapat Anda temukan di dalam buku “DSLR untuk Pemula” terbitan mediakita. Buku ini akan memandu Anda secara praktis tentang penggunaan kamera DSLR untuk pemotretan sehingga menghasilkan foto berkualitas sesuai tema yang diharapkan.
Buku ini ditulis oleh Handoyo Kurniawan dengan membagi penjelasannya ke dalam enam bab. Mulai dari pengetahuan dasar-dasar fotografi, mengenal digital DSLR, teknik penggunaan DSLR, seputar lensa DSLR dan penggunannya, perawatan kamera DSLR, hingga beberapa pertanyaan seputar fotografi DSLR. Buku ini cocok bagi siapa saja yang tertarik untuk menghasilkan sebuah karya fotografi bahkan cocok bagi yang tidak tahu sama sekali tentang fotografi, karena dibahas secara sederhana dan praktis.