Description
Windy terdiam. Ia tampak berpikir sejenak. Lalu, tiba-tiba kepalanya terasa berat dan mukanya panas bagai ditampar. Ia menghentikan langkahnya dengan seketika. Menoleh cepat ke samping, dan menatap dengan terkejut.
“Kau.…” Windy menggeleng tak percaya. Otaknya seakan baru bangkit dari kematian. Baru disadarinya kalau ia sedang melangkahkan kaki menuju kematiannya sendiri. Seketika jiwanya menciut. Ia ingin lari dari tempat itu secepat kilat.
Namun, sebuah tangan langsung mencengkeram lengannya dan mengunci ke belakang. Membuat gadis itu menjerit kesakitan.
“Ayo, teruslah berjalan ke atas. Atau, kau ingin mati di tangga ini?”
Windy tercekat. Sebilah pisau menempel di lehernya.