Beberapa waktu lalu, dunia hiburan Indonesia kehilangan sosok pahlawan yang begitu produktif dan kreatif dalam menghasilkan karya. Yup, beliau tak lain adalah Pak Raden atau Drs. Suyadi.
Foto oleh: irwanbajang.com
Beberapa waktu lalu, dunia hiburan Indonesia kehilangan sosok pahlawan yang begitu produktif dan kreatif dalam menghasilkan karya. Yup, beliau tak lain adalah Pak Raden atau Drs. Suyadi.
Kalau kamu suka nonton tayangan Si Unyil, tentu kamu tak asing dengan sosok Pak Raden. Pakaian adat Jawa selalu melekat di badannya. Tidak lupa blangkon, kumis tebal, dan tongkatnya. Itulah ciri khas yang tak akan pernah terlupa dari pria kelahiran Puger, Jember, 28 November 1932 ini.
Selain Si Unyil, Pak Raden juga terkenal sebagai pendongeng sejati. Kemahirannya dalam membuat buku cerita anak bergambar dan film animasi, diimbangi dengan kemampuan menuliskan jalan ceritanya sendiri. Maka tak heran, jika Indonesia begitu kehilangan saat Pak Raden meninggal dunia pada Jumat, 30 Oktober 2015 lalu.
Pak Raden yang pernah mengenyam pendidikan hingga ke Prancis
Sejak kecil, Pak Raden sangat hobi menggambar. Hobi inilah yang kemudian mengantarkan Pak Raden ke jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1952.
Usai Pak Raden menyelesaikan kuliahnya di ITB, beliau pun memperdalam lagi keilmuannya di Prancis pada tahun 1961. Keahlian Pak Raden dalam bidang animasi pun kian terasah.
Sekembalinya Pak Raden ke Indonesia, beliau tidak menyia-nyiakan ilmu yang didapatnya. Hal paling sederhana yang bisa beliau terapkan—selain terus berkarya—adalah dengan mengajar di jurusan Seni Rupa ITB dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Pahlawan dengan kehidupan yang “sederhana”
Tidak sedikit karakter yang sudah Pak Raden ciptakan. Di antaranya Si Unyil, Pak Ogah, Bu Bariah, dan Pak Raden itu sendiri. Berbagai penghargaan pun Pak Raden terima berkat kreativitasnya itu.
Sayangnya, penghargaan itu seolah tidak seimbang dengan usaha Pak Raden dalam memperjuangkan hak cipta tokoh buatannya itu. Namun, kesabaran dan kegigihan Pak Raden dalam memperjuangkan hak cipta Si Unyil akhirnya berbuah manis. 15 April 2014, Pak Raden bisa bernapas lega karena beliau sudah melakukan kesepakatan dengan Perusahaan Produksi Film Negara (PFN) terkait hak cipta Si Unyil.
Meski sudah mencapai kata sepakat, bukan berarti kehidupan Pak Radeh berubah drastis. Pak Raden tetaplah sosok yang sederhana, bahkan hingga akhir hayatnya. Namun, semangat Pak Raden untuk tetap berkarya dan menghibur masyarakat dengan mendongeng tidaklah surut. Di tengah kesederhanaan, beliau selalu ada waktu untuk menularkan semangat kreativitasnya.
Selamat jalan, Pak Raden. Kreativitasmu tak akan terkikis oleh waktu.
* Sumber tulisan: pakraden.org, biografiku.com, & tempo.co