Di tengah hiruk pikuk perkembangan zaman dan teknologi, legenda dan mitos masih banyak dipercaya oleh sebagian masyarakat. Mulai dari pesugihan, tari sintren, fenomena Bahu Laweyan, dan lainnya.
Di tengah hiruk pikuk perkembangan zaman dan teknologi, legenda dan mitos masih banyak dipercaya oleh sebagian masyarakat. Mulai dari pesugihan, tari sintren, fenomena Bahu Laweyan, dan lainnya.
Bahu Laweyan adalah sebuah tanda lahir atau tompel yang terletak di daerah bahu. Konon katanya, jika seorang perempuan memiliki Bahu Laweyan, pertanda bahwa ia adalah perempuan yang dikutuk. Perempuan ini membawa sial bagi dirinya maupun orang lain. Seorang gadis cantik bernama Ranti, memiliki Bahu Laweyan ini.
Ranti adalah gadis muda berusia 15 tahun yang merupakan anak dari pasangan Pak Sasmita dan Bu Harni. Ia memiliki tubuh yang indah dan paras yang cantik membuat semua orang terpukau. Tak terkecuali, Wardoyo, anak lelaki yang sebaya dengannya. Wardoyo mengagumi Ranti, tetapi tidak berani mengungkapkan isi hatinya kepada gadis pujaannya tersebut.
Suatu hari, Ranti diminta ibunya untuk menari sintren pada malam bersih desa mereka. Bagi para penduduk di daerah Pantura, menari sintren adalah suatu kebanggaan tersendiri. Penari sintren haruslah gadis perawan dengan paras cantik. Zaman dahulu, Bu Harni adalah seorang penari sintren kenamaan di desanya. Ia melihat anaknya berbakat untuk meneruskan tarian tradisional tersebut.
Ranti ragu. Namun ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Ranti pun menyanggupi permintaan ibunya untuk menari sintren. Wardoyo mengetahui hal tersebut. Dengan ragu, ia meminta Ranti untuk mengurungkan niatnya menari sintren. Wardoyo memikirkan tubuh Ranti yang akan berkali-kali pingsan saat nanti menari. Ranti menolak permintaan Wardoyo dan tetap melaksanakan permintaan orang tuanya. Ia tidak mengetahui bahwa menari sintren adalah trik bapaknya untuk menghilangkan sial dan kutukan di masa lalu.
Malam bersih desa pun dilangsungkan. Semua orang menunggu pertunjukkan tari sintren. Di pojokan, Ranti duduk dengan mengenakan kaos putih. Di belakangnya terdapat sangkar ayam besar yang diselimuti kain. Tak lama, Ranti dimasukkan ke dalam sangkar tersebut oleh plandang (dukun). Beberapa menit kemudian, sangkar dibuka dan terlihatlah Ranti yang sudah berpakaian lengkap seperti penari sintren. Dengan pakaian itu, ia terlihat sangat cantik. Aura mistis pun mulai terasa.
Lagu Turun Sintren dimainkan dan Ranti memulai tariannya dengan luwes sekali. Penonton terpukau dengan pesona Ranti. Beberapa pria terlihat melakukan mbalang atau melempar sarungnya ke tubuh Ranti. Ranti terjatuh, bangkit, dan menari kembali. Berulang kali adegan itu terjadi. Wardoyo pun ikut mbalang. Ia melihat gadis pujaannya jatuh, dan bangkit menari kembali.
Tak lama setelah itu, empat orang berlarian dengan rusuh. Mereka berteriak sambil berlari ingin menangkap celeng kresek. Celeng kresek adalah babi pesugihan yang berwarna hitam, besar, dan berbulu. Pertunjukkan menjadi kacau. Siapakah dalang dibalik celeng kresek itu? Apakah ada hubungannya dengan Bahu Laweyan yang dimiliki Ranti?
Kisah misteri yang terinspirasi dari kesenian tradisional ini dapat kamu temukan dalam novel horor Misteri Bahu Sang Penari karya pijar88. Aura mistis bernuansa kedaerahan siap membuatmu penasaran.