Panggung utama Pesta Buku Jakarta 2012 dipenuh dengan gelak tawa saat talkshow buku Kitab Suci; Kiat Tahap Awal Belajar Stand Up Comedy Indonesia yang ditulis oleh Ramon Papana berlangsung, Jumat (29/6) lalu.
Sebagian orang mungkin mengenal nama Ramon Papana sejak beberapa waktu belakangan ini. Namun, tidak demikian bagi mereka yang menggeluti dunia komedi, khususnya stand up comedy Indonesia. Di awal talkshow-nya ini, Ramon mengakui bahwa dirinya merupakan seorang comic tertua di Indonesia.
Sejak tahun 1990-an, Ramon sudah mulai memperkenalkan stand up komedia di Indonesia. “Sayangnya, sampai tahun lalu, stand up comedy tidak laku di Indonesia,” begitu katanya.
Stand up comedy itu sendiri merupakan seni modern. Belakangan, stand up comedy di Indonesia mulai berkembang dan menurut pria bertubuh tambun ini posisi stand up comedy saat ini bisa menggantikan komedi yang ada.
Pada kesempatan itu, Ramon menjelaskan bahwa stand up comedy berbeda dengan komedi pada umumnya. “Stand up comedy memiliki teknik tersendiri. Teori dan formatnya berbeda dengan jenis komedi lain. Komedinya sangat kental berasal dari dalam diri sendiri,” ungkap ayah angkat Alm. Ade Namnung ini. “Stand up comedy merupakan komedi yang cerdas, karena semua yang diungkapkan memakai teknik,” ujarnya menambahkan.
Perbedaan inilah yang membuat Ramon menghadirkan buku Kitab Suci. Ramon mengakui, buku yang ia tulis ini merupakan buku stand up comedy pertama di Indonesia. “Referensi stand up comedy masih sulit. Selama ini, buku-bukunya hanya bisa didapatkan secara impor,” katanya.
Selain membahas tentang referensi mempelajari stand up comedy, Ramon juga menjelaskan persiapan yang harus dilakukan seseorang saat ia ingin menjadi comic.
Menurut Ramon, hal pertama yang harus dipersiapkan adalah pemahaman tentang stand up comedy itu sendiri. Setelah paham tentang pengertian stand up comedy, bersedia belajar, menguasai teknik dasar, serta mampu membuat yang tidak lucu menjadi lucu.
Salah seorang pengunjung pun bertanya tentang teknik-teknik dalam stand up comedy yang notabene begitu banyak untuk dipelajari.
“Teknik pada stand up comedy sebenarnya banyak. Ada sekitar 300-an,” kata pria yang saat itu mengenakan topi. “Namun yang paling penting dibagi menjadi dua bagian. Pertama, menulis jokes (lelucon) atau materi yang menjadi modal utama. Di bagian pertama inilah nantinya para comic akan mengenal set up atau bagian tidak lucu, lalu punch atau bagian lucu (klimaks). Penulisan naskah ini menjadi bagian yang sangat penting bagi seorang comic. Ini adalah senjata utama mereka. Sedangkan yang kedua adalah teknik delivery. Teknik ini merupakan cara seorang comic membawakan naskah tersebut di panggung”.
Setelah berbagi ilmu dan pengetahuan tentang stand up comedy, Ramon memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk melakukan open mic di panggung utama Pesta Buku Jakarta 2012. Di akhir acara, salah seorang comic yaitu Lintar naik ke atas panggung dan menghibur pengunjung dengan membawakan naskah stand up comedy tentang jidat. Sontak, para pengunjung pun tertawa mendengar komedi yang ia bawakan.