Ia adalah sosok yang berwibawa, penyeimbang sifat Bunda yang keibuan. Ia juga sosok yang perkasa—yang pantang menyerah dalam mencari nafkah demi keluarganya. Di balik kegagahannya, ia juga bisa menjadi seseorang yang asyik untuk diajak bermain, bersenda-gurau. Ia adalah ayah.
Foto oleh: Geraint Rowland
Ia adalah sosok yang berwibawa, penyeimbang sifat Bunda yang keibuan. Ia juga sosok yang perkasa—yang pantang menyerah dalam mencari nafkah demi keluarganya. Di balik kegagahannya, ia juga bisa menjadi seseorang yang asyik untuk diajak bermain, bersenda-gurau. Ia adalah ayah.
Sebagai kepala rumah tangga, sosok ayah sangat dominan di dalam keluarga. Ia tak hanya berkewajiban memberikan nafkah dan pembuat keputusan, tetapi juga menanamkan disiplin dan keberanian dalam diri anak-anaknya.
Terlepas dari sifat kebapakan yang dimiliki seorang ayah, terselip juga sisi menyenangkan dari dirinya. Ia sanggup mengajarkan cara membuat layang-layang, mengajak memancing, “berkomunikasi” dengan alam, menjadi “bodyguard” ketika ada yang mengganggu, bahkan memberikan pelukan perlindungan di saat petir menggelegar pada waktu hujan.
Begitu banyak cerita tentang ayah yang mungkin terlupa oleh kita. Begitu banyak kisah yang mungkin terlewat begitu saja oleh sang waktu. Mungkin kita bisa dengan mudah menjabarkan kisah tentang Bunda. Namun, bagaimana dengan ayah? Akankah kita dengan mudahnya merangkaikan kata tanpa harus berpikir terlalu dalam tentang kisahnya?
Sedikit saja luangkan waktu kita. Putar kembali memori tentang ayah yang selama ini—mungkin—terlupa. Terselip di antara jutaan kisah kehidupan kita. Bukan untuk membuat kita bersedih, tetapi sebagai bentuk kasih dan cinta kita terhadapnya. Bahwa ayah juga memiliki kisahnya tersendiri yang tak kalah menyenangkannya.
Selamat Hari Ayah untuk seluruh ayah di bumi.