Showing 11–20 of 38 results
Seperti gadis muda pada umumnya, Kiara bermimpi suaru hari akan datang pangeran berkuda putih yang akan menyelamatkannya. Sayangnya, realitas tidak seindah itu. Ia malah terjebak bersama seorang laki-laki pendiam yang raut wajahnya selalu masam dan dingin.
Walaupun wajah laki-laki itu bisa dikategorikan “lumayan”, tetapi sifatnya yang tidak bisa ditebak sering membuat Kiara naik darah.
Namun Kiara percaya, Tuhan mengirimnya dengan sebuah alasan.
Bulan April, tahun 2013, berawal dengan niat dan tujuan yang berbeda—salah satunya karena hati yang terluka, tiga pengelana memulai sebuah perjalanan menyusuri daerah-daerah di Indonesia. Lewat cara yang seru tapi menantang, mereka tidak hanya menyaksikan langsung keindahan negeri ini, mereka juga harus menghadapi pertarungan dengan kegelisahan yang dibawa masing-masing.
Arah Langkah bukan sekadar catatan perjalanan yang melukiskan keindahan alam, budaya, dan manusia lewat teks dan foto. Tetapi juga memberikan cerita lain tentang kondisi negeri yang tidak selalu sebagus seperti di layar televisi. Meskipun begitu, semua daerah memang memiliki cerita yang berbeda-beda, namun di dalam perbedaan itu, cinta dan persahabatan selalu bisa ditemukan.
Penulis: Febrialdi R.
Ukuran: 14,5 x 21 cm
Tebal: xii + 372 hlm
Penerbit: mediakita
ISBN: 978-979-794-542-8
Harga: Rp89.000,-
Bara, seorang lelaki muda, pendaki gunung, relawan, sekaligus penulis kisah-kisah petualangan. Latar belakang keluarganya yang berantakan membuat hidupnya liar, keras, dan bebas. Setelah neneknya meninggal dunia, ibunya pergi entah ke mana, dan ayahnya di penjara. Ia pun hijrah dari Indramayu ke Bandung, meneruskan SMA, kuliah, dan kehidupan barunya.
Di antara itu, Bara mengalami kisah cinta yang pelik, tidak seindah yang dibayangkan. Bertubi-tubi cinta itu datang tak disangka, tetapi juga begitu saja kandas meninggalkan luka. Bara tidak ingin berusaha berhenti, walaupun ada yang memutuskan untuk pergi.
***
Petualangan dan cinta, sejauh apa pun bertualang, pada akhirnya cinta akan selalu mengenal kata pulang. Dan, tak ada tempat sebaik-baiknya mengakhiri pengembaraan untuk pulang, selain hangatnya pelukan, setelah saling menemukan.
Seperti apakah warna cinta? Apakah merah muda mewakili rekahannya, ataukah kelabu mewakili pecahannya?
Jangan berpaling dan membuat kita menjadi dua orang asing. Di hamparan bumi ini ada banyak sekali orang yang bisa merebutmu, juga mencuri perhatianku.
Namun, aku ingin tetap kamu dan aku saja yang menjadi kita. Aku ingin kamu saja yang menemaniku membuka pagi hingga melepas senja, menenangkan malam dan membagi cerita.
Tetaplah menjadi seseorang yang membuatku merasa kuat. Jangan biarkan hatimu lepas dari segala harapan yang aku ikat.
Penulis: Sirhayani
Ukuran: 13 x 19 cm
Tebal: 512 hlm
Penerbit: mediakita
ISBN: 978-979-794-532-9
Harga: Rp89.000,-
“Lo udah tahu kelakuan gue di sekolah. Satu cara supaya gue bisa tahu kalau lo beneran tutup mulut. Mulai hari ini lo jadi cewek gue!”
Nama gue, Adiba Ayudia. Gue kelas X SMA. Hari-hari gue berjalan biasa aja: rumah, sekolah, belajar, maen bareng temen… dan stalking kakak kelas ganteng.
Yap, gue adalah stalker sejati. Jika dibilang itu sebuah hobi? Mungkin. Dan, hobiku itu menjadi awal dari bencana…
***
Penulis: Boy Candra
Ukuran: 13 x 19 cm
Tebal: viii + 214 hlm
Penerbit: mediakita
ISBN: 979-794-531-2
Harga: Rp58.000,-
Ada banyak hal yang tak pernah kuceritakan kepadamu. Perihal betapa sakitnya masa lalu yang pernah singgah di dada. Bukan karena apa-apa, bagiku, menceritakan masa lalu hanyalah akan membuatmu merasa aku masih berharap padanya. Padahal tidak. Semenjak memilih untuk menjadi bagian dari hidupmu, aku sudah mengikhlaskan dia selamanya. Meski kami berakhir bukan karena ingin aku dan dia. Namun, ada hal yang tak dapat kami tembus. Nanti aku akan menceritakan perihal itu kepadamu, nanti pasti akan kuceritakan.
Kali ini aku hanya ingin meyakinkan kamu lagi, bahwa cinta kita memang tak pernah salah. Meski tak banyak orang yang bisa menjalani hubungan begini. Namun, kepadamu, Wulan Sari, aku telah jatuh hati sedalam ini. Dan, aku ingin kamu menjaga hatiku yang jatuh agar tumbuh dan utuh bersama hatimu.
“Bagaimana mungkin kamu bisa menyebutnya cinta, sementara kalian belum pernah bertemu?” pertanyaan itu memang tak bisa kujawab kepada teman-temanku. Namun, tahukah kamu, sungguh aku ingin meneriakan ke telinga mereka. “Kalian terlalu sempit mengartikan cinta!” Mereka terlalu sempit mengartikan apa yang kita rasakan.
***
Aku pernah belajar merelakanmu berkali-kali. Melepasmu pergi dengan cinta yang lain. Membiarkan kesempatan memilikimu hilang untukku. Sebab, kamu berhak bahagia; meski sesungguhnya aku tidak bahagia dengan keputusan itu. Ketidak-beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang asing yang mendekatimu.
Kupikir hidup akan baik-baik saja. Semua harus berjalan seperti sediakala. Kamu dengan seseorang yang memilihmu. Aku dengan hati baru yang mencoba tumbuh di hidupku. Kuberikan hatiku pada seseorang yang lain. Kubiarkan dia menggantikanmu. Namun, aku keliru. Melupakanmu ternyata tidak pernah semudah itu.
“Aku mencintai Allah, aku mencintai agamaku, aku mencintai Nabiku, aku mencintai hijabku, kelak aku akan mencintai imam yang ditakdirkan Allah untukku”
– Aisha Helena Dirgantara
“Wanita berhijab itu sangat cantik, maukah dia menikah denganku?”
– Dimas Andrean
“Maukah kau, kupinang dengan bismillah? Seperti katamu, kau akan sangat bahagia dipinang di dalam masjid ini.”
– Zakaria Renaldi
Takdir tak ada yang bisa menebak, takdir tidak bisa dibaca, jalan cerita hanya Allah yang menentukan, karena Dia adalah penulis skenario yang paling luar biasa dalam hidup ini. Baik cinta maupun jodoh hanya dia yang menentukan, tetapi ingatlah ‘wanita yang baik akan mendapatkan laki-laki yang baik’.